Ahlan...


Pada tahun 1999, ada sekelompok teman yang tinggal satu rumah mempunyai keinginan untuk sekali dalam seminggu membahas buku turats yang menyangkut akhlak/tasawuf. Diharapkan dari kegiatan ini menjadi sebuah media untuk saling tegur sapa dalam kebaikan dan akhlak di antara mereka. Mereka adalah:
1. A. Thayib Bakhtiar, S.Ag (Bekasi. Masih di Kairo)
2. Solahuddin Abd. Rahman, S.Ag (Jakarta. Masih di Kairo)
3. Hudallah Jurez, S.Ag ( Banten. Sekarang di Indonesia)
4. Faisal Hakim Halimi,Lc (Jawa Timur. Sekarang di Indonesia)
5. Hasbiallah Hussein, Lc (Jakarta. Sekarang di Indonesia) dll.

Atas ide dari mana kemudian mereka mengambil sebuah buku turats karya Syekh Abd. Qadir Zilani berjudul Fathurrabbani dan mereka baca setiap malam Jum'at. Lalu mereka mengundang Ust. Rohimuddin untuk mengikuti pengajian ini sebagai pembimbing. Nah dari sinilah cikal-bakal pengajian MAJLIS IHYAA.

Lalu masing-masing dari mereka mengajak teman lain untuk ikut serta bagi mereka yang peduli kepada pembacaan kitab turats plus tasawuf/akhlak. Satu demi satu bergabunglah beberapa
teman seperti:
1. Ubaidillah Anshari, MA (Jakarta - Sekarang di Indonesia)
2. Fakhruddin, Lc (Lombok - Sekarang di Indonesia)
3. A.Busyairi, Lc (Jakarta - Sekarang di Indonesia)
4. A.Bishri Abd. Jalil (Jakarta - Sekarang di Indonesia)
5. Mahmud, Lc (Depok - Sekarang di Indonesia) dan beberapa anak-anak muda lainnya.

Akhirnya semakin banyak peminatnya maka terasa perlu memberi nama. Akhirnya karena tempat pengajian itu di satu rumah yang berlokasi di daerah Zahraa maka dinamakan pengajian Majlis Az-zahra (MZ).

Selanjutnya karena banyak teman-teman yang berkeluarga, rupanya banyak yang memberi usul agar pengajian ini keliling ke rumah-rumah ( door to door) sekaligus sebagai kesempatan
silaturrahmi. Mulai tahun 2001 pengajian ini mulai berkeliling door to door. Perkembangannya semakin bagus maka banyak teman-teman di luar bertanya-tanya, apakah pengajian itu di bawah sebuah jama'ah atau Tidak (mereka yang bertanya adalah terdiri dari yang tidak mengikuti jamaah tertentu atau ikhwah jamaah). setelah mereka ketahui bahwa MZ ini hanya tempat silaturrahmi dan melatih membaca kita turas secara benar serta menekuni satu bidang akhlak/tasawuf saja, bergabunglah mereka itu (Baik yang aktif di PKS, Jamaah tabligh, independen dll.) seperti:
1. Soleh Hamzah, Lc (Jakarta - Sekarang di Indonesia)
2. Asmuni Khoirullah,lc (Jakarta - Sekarang di Indonesia)
3. Mahmudi Ba'ni (kalimantan - Masih Di Kairo)
4. A. Mufti hamdani, Lc (Banten - Masih Di Kairo)
5. Mukhtar, MA (Riau - Masih Di kairo)
6. Zulkifli Chan Syah (Medan - masih Di kairo)
7. Bashari, S.Ag (Jawa Timur - Sekarang di Indonesia)
8. Thohiruddin Lubis (medan - Masih Di Kairo)
9. Moh. Thoha, Ma (Jawa tengah - Sekarang di Indonesia)
10. Samwel Hasan, Lc (SUMUT - Masih di Kairo)
11. Irwan Alizar, Lc (Jakarta - Masih Di Kairo)
12. Muh. Mukhlisin (Jawa Tengah - Masih Di Kairo)
13. M. Syarifuddin Sanan, Lc (Bekasi - Masih di Kairo)
14. A. Syafei, S.Ag (Banten - Masih di Kairo)
15. M. Khoyrur Rijal, S.S (Jakarta - Masih di Kairo)
16. Azhari, Lc (Malaysia - Sekarang di Malaysia)
17. Endi halim, Lc (Tasikmalaya - Sekarang di Indonesia)
dan masih banyak lainnya.

Kitab demi kitab sudah banyak dikhatamkan.Nama pengajian itu masih bernama MZ. Kemudian setelah masuk ke Kitab Ihyaa 'Ulumuddin, tidak tahu bagaimana mulanya pengajian itu berubah menjadi MAJLIS IHYAA (MI).

Karena MI merasa bahwa di tubuhnya terdapat ikhwah dari berbagai jamaah, maka ada kesepakatan tidak resmi--itu hanya sebuah adab yang dimiliki oleh setiap person--untuk
masing2 menjaga penonjolan identitas kejemaahannya. Meskipun pada waktu itu di antara mereka ada yang merasa tidak suka karena mereka ingin mewarnai cara dan seremonial MI menurut format kegiatan dan tema yang sering mereka lakukan di jamaahnya. Karena tidak ada yang menggubrisnya maka ada sebagian yang keluar, meskipun tetap banyak yang masih ikut dan mau memahami komitmen tersebut meskipun mereka berasal dari jamaah yang sama.

0 komentar: